Home > EPC and Migas > Kenapa harus ada expatriate di dunia migas?

Kenapa harus ada expatriate di dunia migas?

Banyak sekali email dan wacana yang mempertanyakan kenapa harus ada expatriate di banyak perusahaan migas (baik Oil company, consulting company maupun EPC company). Banyak yang mempertanyakan pula apakah kualitas seorang expatriate tersebut sepadan dengan gaji (yang biasanya sangat tinggi) yang diterimanya?

Dari kacamata oil company, posisi expatriate di development project haruslah dinyatakan dalam RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) yang diajukan dan disetujui oleh BP Migas. Perlu selalu diingat bahwa semua PSC atau KKKS (oil and gas company) di Indonesia sejatinya adalah kontraktor dari BP Migas sehingga semua tenaga kerja haruslah dalam persetujuan mereka karena menyangkut cost recoverable item.

Untuk posisi PMT / project management team yang berhadap-hadapan dengan consulting company / EPC contractor dalam suatu eksekusi project biasanya foreign oil company selalu mempertahankan ‘orang-orang mereka’ dalam key position. Posisi Project Manager, Engineering Manager dan Construction Manager biasanya dijabat oleh para bule (jika westerner company). Posisi disiplin teknis (mekanikal, struktural, piping, process, instrument) biasanya dijabat oleh engineer lokal. Ada beberapa kasus (biasanya untuk project-project yang masih dalam fase FEED atau preFEED), posisi disiplin teknis masih diisi oleh expat (dengan pertimbangan banyak pertimbangan bisnis dan strategi internal). Dalam kasus ini, barulah pada fase detail engineering, posisi expat akan digantikan oleh para engineer lokal.

Sedangkan untuk oil company local (pertamina, medco, kangean) tentu seluruh PMT akan diisi oleh engineer lokal. Mungkin ada beberapa posisi yang terpaksa diisi oleh expat jika memang tingkat teknologinya terlalu tinggi. Biasanya jika ada expat yang terpilih biasanya sangat qualified (bukan expat murahan).

Dari kacamata consulting company, fenomena yang banyak saya lihat untuk masalah expatriate biasanya sangat business oriented alias hanya menjual manhour rate saja tanpa terlalu mempertimbangkan kualitas si expat.

Perlu diketahui, untuk banyak fase pre-FEED dan FEED, sejatinya consulting company hanya ‘menjual’ CV staff mereka dan kemudian mencantumkan manhour rate yang tinggi dalam penawaran komersial pekerjaan konsultasi tersebut.

Sebenarnya hal ini sedikit banyak diakibatkan oleh diskriminasi yang dilakukan oleh BPMigas dan Bapenas perihal minimum manhour rate yang harus diberikan kepada expat. Jika awal dari maksud pemberian minimum manhour rate adalah untuk mencegah perusahaan migas menghire tenaga asing, yang terjadi justru sebaliknya: banyak perusahaan migas (terutama konsultan) menghire expat dengan maksud mendapatkan selisih manhour rate!

Ilustrasinya begini: katakanlah consulting company ‘A’ mengajukan CV seorang Indian engineer di dalam penawaran teknis ke oil company untuk suatu pekerjaan konsultansi FEED. Si India ini dicantumkan sebagai ‘Senior Process Engineer’ dan mempunyai rate USD 130 / jam karena masuk dalam lajur ‘Non regional engineer’. Nah, si India ini mungkin sejatinya hanya akan digaji sekitar USD 6000-an saja, padahal dari rate yang dikenakan (yang nantinya akan dibayar oleh pemberi pekerjaan/oil company), company ‘A’ akan menerima sekitar USD 130 x 170 = USD 22000-an!. Bayangkan selisih yang diterima consulting company ini hanya untuk satu orang saja!

Namun jika mereka menghire pure westerner, sekalipun manhour rate mereka bisa mencapai USD 150-an, profit yang diterima oleh company ini akan jauh lebih rendah karena biasanya si bule hanya mau menerima gaji sekitar USD 20ribuan perbulan.

Lalu kenapa consulting company ‘A’ ini tidak mau menghire orang lokal saja? Jawabannya: karena BPMigas tidak pernah mereview manhour rate engineer lokal yang diajukan para consulting company (yang masya allah bisa sepertiganya orang India!) yang membuat para consulting company ini lebih memilih merekrut orang-orang dari India sana, ya karena selisih profit jauh lebih besar!

Yang lebih menyebalkan lagi: tidak ada mekanisme dari BPMigas untuk memverifikasi CV-CV para expat ‘nanggung’ ini. Dari pengalaman selama ini, saya yakin banyak sekali terjadi kebohongan: mana mungkin seorang berpengalaman pas 10 tahun diajukan sebagai ‘Principal Engineer’ di suatu pekerjaan FEED…

Hei para engineer di Indonesia: mari kita ubah keadaan ini! Dunia sudah tahu bahwa banyak engineer Indonesia berprestasi di luar negeri sebagai expat, lalu kenapa justru di tanah air, banyak engineer lokal yang masih tertindas??

Categories: EPC and Migas
  1. Aji Abinya Fathan
    February 25, 2010 at 12:38 pm

    Jempol untuk Artikelnya, khususnya untuk kata-kata expat ‘nanggung’ dan Engineer Lokal kita bisa sepertiganya orang India!. Ini terbukti ketika teman-teman yang kerja di luar, kemampuannya jauh diatas para india ini.

    Dan miris melihat ketika engineer kita lebih ‘dihargai’ tinggi di negara luar dibanding di negara sendiri, inilah yang bikin banyak engineer kita yang go international.

    Salam,
    – a j i –
    Bekerja di salah satu EPC nasional.

  2. vladvamphire
    March 4, 2010 at 5:32 pm

    Yup setuju banget…
    Dkantor saya India ga ada apa2nya. Gaji mrk pun yg experiencenya lebih banyak dr saya masih banyak saya hehe.. Indonesia masih lebih mahal dari India di luaran sini.. tp kok di negeri sendiri ga dhargain yah? 😦

    Salam.
    Vlad.
    http://www.vladvamphire.wordpress.com
    -bekerja di salah satu EPC luar negeri-

  3. Goblin
    March 6, 2010 at 1:47 pm

    Di kantor saya engineer india banyak yg banting harga, dan posisi-nya pun biasa2 saja, Tapi kalau di Indonesia seperti raja yaa…!!! What’s wrong ???

    Bekerja di Oil and Gas midle east

  4. agung
    December 6, 2010 at 9:02 am

    sebenarnya itu caranya mereka untuk membuat lokal engineer agar pergi keluar negeri daripada bekerja di dalam negeri, sehingga akhirnya mereka yang menguasai. karena kita mencari gaji yang seharusnya dibayar dengan cara keluar negeri. dan yang lebih hebatnya lagi, mereka membayar orang kita agar tetap dibuat keadaan yng begini terus menerus. jadi gaji tinggi lawan idealisme, gaji tinggi lawan kemajuan bangsa. jadi terserah pada masing-masing, karena kita memang dibuat demikian

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment